Tindas Dan Siksa Seorang Jurnalis, Disinyalir Komplotan Mafia Solar Boss K Telah Koordinasi Dengan Polisi




Kediri, metrooptimis -, Kediri yang dikenal sebagai kota tahu sekarang jadi kotor akibat ulah mafia solar. Seorang pegiat sosial dan kuli tinta, sebut saja Lugi M.  warga Mojokerto benasib naas, hampir meregang nyawa oleh sejumlah mafia solar dan  oknum TNI AD.



 Awal mula kejadian, ketika Lugi M. dan rekan rekanya mengikuti sebuah tangki BBM milik Bu meme, warga Surabaya yang hendak mengisi solar ditimbunan lapak milik Kris diwilayah Kabupaten Kediri tepatnya di Desa Joho Kecamatan Wates.


Setelah esok harinya, karena ada pemberitaan di link media,  Lugi M diminta untuk datang kesuatu tempat di daerah Kota Kediri. Setelah tiba di lokasi, ternyata sudah berkumpul berbagai orang mafia solar ,dan oknum TNI serta wartawan ,Kris boss solar, Bram wartawan dan Rudi TNI.


Lugi M. bertutur “ saya diculik dimasukkan dalam mobil R3 milik Darmawan, oknum TNI yang berdinas di bekang. Setelah diculik, saya dibawa ke sebuah rumah kosong dipinggir sungai Brantas. Tak lama, saya langsung dihajar dan dipukuli dengan pecahan tembok diinjak oleh Bram ditinju sama Kris dan oleh sejumlah orang diperkirakan 20 orang, diantaranya saya kenali Rudi oknum TNI, Bram, Kris, dan yang lainnya tidak saya kenali.


Setelah itu saya disiram air dan dipaksa membuat pengakuan kalau saya meminta sejumlah uang kepada Kris dan disuruh oleh Pak Komarudin dan Ridwan,  saya cuma bisa berkata iya iya saja demi menyelamatkan nyawa saya yang saat itu akan segera dihabisi kalo tidak mengikuti perintahnya Kris, Bram , dan Rudi.


Kemudian saya tanpa dimanusiakan tanpa dikasih obat,  saya tetap dihajar di dalam mobil dan dibawa ke Polres Pare.  Setelah nyampai di Polres saya, diperkenankan untuk minum kencing bahkan saya akan dikriminalisasii kembali dengan menggunakan polisi, atas dasar pengakuan saya yang terpaksa namun kepolisian Polres Pare menolak karena tidak cukup bukti dan tidak ada permintaan uang dari saya “ ujar Sugi kepada media.


Sugi juga menambahkan sudah berkoordinasi dengan pengacara Pak Arip dan akan melaporkan kejadian ini ke Polda Jatim karena sampai saat ini keluarga saya dan saya masih tetap diancam oleh mafia tersebut kalau berani lapor akan dibunuh anak-anak saya dan istri.


Dalam hal ini, sebagai sesama insan media kami sangat prihatin atas kejadian yang menimpa Lugi Maritanto. Kenapa di Jawa Timur mafia begitu tumbuh subur,  apakah benar dugaan kita semua bahwa mafia mafia ini berani karena dilindungi aparat hukum Dumas ke Polda Polres Mabes pemberitaan media bukannya ditindaklanjuti agar wiliyah tersebut bisa kondusif  aman malah jurnalisnya dikriminalkan akankah Kapolda Jatim bisa mengevaluasi kinerja anak buahnya seperti Kasatreskrim Polres Kabupaten Kediri setiap dilapori media.


Jangankan dibalas, whatsapp pun tidak dibuka oleh APH.  Beginikah hukum negara kita? saya serukan semua pegiat media se Jawa Timur se Indonesia pimpinan pimpinan redaksi dan LSM LPK youtuber kita bantu pemberitaan agar viral dan ada revolusi mental di aparat penegak hukum kita agar tidak lagi terjadi kriminalisasi jurnalis seperti yang di Sidoarjo dan sekarang kota Kediri. (bersambung)


Kediri, tribunmabes -, Kediri yang dikenal sebagai kota tahu sekarang jadi kotor akibat ulah mafia solar. Seorang pegiat sosial dan kuli tinta, sebut saja Lugi M.  warga Mojokerto benasib naas, hampir meregang nyawa oleh sejumlah mafia solar dan  oknum TNI AD.


 Awal mula kejadian, ketika Lugi M. dan rekan rekanya mengikuti sebuah tangki BBM milik Bu meme, warga Surabaya yang hendak mengisi solar ditimbunan lapak milik Kris diwilayah Kabupaten Kediri tepatnya di Desa Joho Kecamatan Wates.


Setelah esok harinya, karena ada pemberitaan di link media,  Lugi M diminta untuk datang kesuatu tempat di daerah Kota Kediri. Setelah tiba di lokasi, ternyata sudah berkumpul berbagai orang mafia solar ,dan oknum TNI serta wartawan ,Kris boss solar, Bram wartawan dan Rudi TNI.


Lugi M. bertutur “ saya diculik dimasukkan dalam mobil R3 milik Darmawan, oknum TNI yang berdinas di bekang. Setelah diculik, saya dibawa ke sebuah rumah kosong dipinggir sungai Brantas. Tak lama, saya langsung dihajar dan dipukuli dengan pecahan tembok diinjak oleh Bram ditinju sama Kris dan oleh sejumlah orang diperkirakan 20 orang, diantaranya saya kenali Rudi oknum TNI, Bram, Kris, dan yang lainnya tidak saya kenali.


Setelah itu saya disiram air dan dipaksa membuat pengakuan kalau saya meminta sejumlah uang kepada Kris dan disuruh oleh Pak Komarudin dan Ridwan,  saya cuma bisa berkata iya iya saja demi menyelamatkan nyawa saya yang saat itu akan segera dihabisi kalo tidak mengikuti perintahnya Kris, Bram , dan Rudi.


Kemudian saya tanpa dimanusiakan tanpa dikasih obat,  saya tetap dihajar di dalam mobil dan dibawa ke Polres Pare.  Setelah nyampai di Polres saya, diperkenankan untuk minum kencing bahkan saya akan dikriminalisasii kembali dengan menggunakan polisi, atas dasar pengakuan saya yang terpaksa namun kepolisian Polres Pare menolak karena tidak cukup bukti dan tidak ada permintaan uang dari saya “ ujar Sugi kepada media.


Sugi juga menambahkan sudah berkoordinasi dengan pengacara Pak Arip dan akan melaporkan kejadian ini ke Polda Jatim karena sampai saat ini keluarga saya dan saya masih tetap diancam oleh mafia tersebut kalau berani lapor akan dibunuh anak-anak saya dan istri.


Dalam hal ini, sebagai sesama insan media kami sangat prihatin atas kejadian yang menimpa Lugi Maritanto. Kenapa di Jawa Timur mafia begitu tumbuh subur,  apakah benar dugaan kita semua bahwa mafia mafia ini berani karena dilindungi aparat hukum Dumas ke Polda Polres Mabes pemberitaan media bukannya ditindaklanjuti agar wiliyah tersebut bisa kondusif  aman malah jurnalisnya dikriminalkan akankah Kapolda Jatim bisa mengevaluasi kinerja anak buahnya seperti Kasatreskrim Polres Kabupaten Kediri setiap dilapori media.


Jangankan dibalas, whatsapp pun tidak dibuka oleh APH.  Beginikah hukum negara kita? saya serukan semua pegiat media se Jawa Timur se Indonesia pimpinan pimpinan redaksi dan LSM LPK youtuber kita bantu pemberitaan agar viral dan ada revolusi mental di aparat penegak hukum kita agar tidak lagi terjadi kriminalisasi jurnalis seperti yang di Sidoarjo dan sekarang kota Kediri. (bersambung)

0 Komentar